Haluan perahu gondolaku membelah pelan air
yang tenang di terusan kota. Perahu yang indah ini telah melayaniku selama
bertahun-tahun, mengangkut penumpang melalui terusan-terusan kota melalui
tangan-tangan terampil beberapa generasi nenek moyangku yang mendayung di
terusan-terusan kota ini.
Matahari mulai terbenam melintasi kota tua
tersebut, merubah warna air menjadi seperti pita bertinta yang terbentang di
antara bangunan-bangunan batu pasir yang Nampak anggun itu. Aku menghirup dalam
udara melalui angin sepoi petang yang dingin.
Apakah masih ada tempat yang lebih indah
dibanding kota dengan terusan anak sungainya yang menakjubkan ini? Ketika
perahu merapat pelan ke dermaganya, aku berhenti untuk menatap puas ke atas
memandang langit-langit Mars yang mulai gelap.
No comments:
Post a Comment